Pasangan
calon gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat yang terakhir mendaftar pada
Malam Tanggal 10 November adalah Pasangan Irianto MS
Syaifuddin-Tatang Farhanul Hakim. Keduanya pasangan yang diusung oleh
Partai Golkar sendiri tanpa berkoalisi dengan partai yang lainnya.
Ada
yang menarik dari paket Golkar ini, yaitu munculnya figur
Tatang Farhanul Hakim. Siapakah beliau ini sebenarnya. Apa kira-kira
pertimbangan dan rasionalisasi Golkar memilih beliau sebagai cawagub
yang mendampingi Yance.
Tatang
Farhanul Hakim, Di Tasikmalaya terkenal dengan singkatan nama TFH.
Beliau adalah politisi gaek yang malang melintang di PPP dan menjadi
ketua DPC PPP Kabupaten Tasikmalaya. TFH pernah Menjabat sebagai
Bupati Tasikmalaya selama 2 periode yaitu periode 2001-2006 dan
2006-2011.
Di
periode akhir kepemimpinannya di Kabupaten Tasikmalaya, karir
politiknya di partai berlambang ka’bah hanya sampai posisi Sekjen
DPW PPP Jawa Barat. Sebab dalam Muswil di Cirebon, TFH Kalah bersaing
dengan Rahmat Yasin (Bupati Bogor) memperebutkan posisi sebagai Ketua
DPW PPP Jabar.
Pasca
kekalahannya dalam Muswil itulah, TFH mengambil langkah politik
mundur dari PPP, partai yang sudah membesarkan namanya, dan
mengantarkannya menjadi bupati Tasikmalaya selama 2 periode. TFH
kemudian hijrah ke PAN dan diberikan posisi sebagai Wasekjen DPP PAN.
Langkah
politik TFH yang menerima pinangan Golkar untuk mendampingi Yance
dalam Pilgub Jabar ini tentu merupakan sebuah kejutan tersendiri.
Karena sebagaimana kita tahu bahwa DPP PAN sudah memutuskan bahwa PAN
bergabung dalam koalisi Babarenganyang terdiri dari Partai Demokrat,
PAN, PKB dan Gerindra. Lalu apakah kemudian TFH akan selesai juga
karir politiknya di PAN? atau memutuskan mundur dari PAN dan mencoba
menguji kembali keberuntungan politiknya dalam event Pilgub kali ini.
TFH
memang sosok politikus yang matang dan mumpuni. Dia bahkan boleh
dibilang sebagai dewa politiknya Tasikmalaya ketika menjabat Bupati
Tasikmalaya di periode kedua, TFH selalu menjadi aktor intelektual
dalam setiap perhelatan dan pemetaan politik di Tasikmalaya. Banyak
yang mengatakan bahwa TFH selalu diiringi dengan
keberuntungan-keberuntungan politik, semenjak pertama kali terjun ke
dalam kancah politik, dan mampu memanfaatkan momentum keberuntungan
itu dengan langkah-langkah taktis dan strategisnya.
Namun
semenjak lengser dari Jabatan Bupati, bintangnya mulai meredup,
langkah-langkah politiknya tidak lagi jitu. Beberapa perhelatan
politik beliau mengalami kekalahan. Perhelatan terakhirnya adalah
saat Pilkada Kota Tasikmalaya, jagoan yang diusungnya dari PAN yang
merupakan incumben ternyata kalah oleh kandidat yang dulu dibesarkan
oleh dirinya. Insting dan feeling politiknya mulai tumpul, mungkin
karena sudah terlalu banyak pembisik di sekelilingnya yang memberi
input dan masukan-masukan yang tidak jernih dan menjerumuskan.
Sehingga
ketika TFH memutuskan mundur dari PPP dan hijrah ke PAN banyak sekali
orang yang mempertanyakan langkahnya tersebut, banyak yang
mengatakan TFH sebagai sosok yang lupa kacang akan kulitnya, ada juga
yang menyayangkan kenapa sebagai politisi partai Islam TFH tidak
memegang prinsip ajaran syari’at untuk tetap Istiqomah dan Sabar
dalam menjalani naik turunnya dinamika politik yang dijalaninya.
Tidak secara emosional keluar dari PPP, pindah ke PAN lalu sekarang
boleh jadi harus keluar lagi dari PAN.
Masih
untung apabila TFH bersama Yance berhasil memenangkan pertarungan di
Pilgub Jabar, kalau misalnya gagal, maka tentu ruang politik yang
memungkinkannya untuk berkiprah harus menunggu selama lima tahun ke
depan, karena untuk bisa mencalonkan diri dalam Pileg 2014 ke DPR RI
kelihatannya akan terganjal waktu pencalonan yang sudah mepet dan
habis waktu, sebab bulan Februari itu sudah masuk tahapan pengumuman
DCS.
Lalau
apa kira-kira pertimbangan Yance dan Golkar mengambil TFH sebagai
Cawagub di Pilkada Jabar? Selain rekam jejak perjalanan politik TFH
diatas, Kang Yance dan Golkar kelihatannya menghitung peta
kewilayahan dan basis dukungannya. Yance dianggap merefresentasikan
kekuatan Jawa Barat wilayah Utara dan TFH setidaknya mewakili
kekuatan kewilayahan daerah Priangan Timur Jawa Barat.Selain itu juga
melihat sosok dan pengalaman kepemimpinan TFH yang sudah menjabat
Bupati Tasikmalaya selama 2 periode.
Jika
melihat dari sisi Basis dukungan kewilayahan mungkin ada
rasionalisasinya, meskipun sejatinya Yance harus mempertimbangkan
pula kekuatan akar rumputnya. Jika TFH masih di PPP argumentasi
kewilayahan tersebut mungkin bisa membantu. Tapi Kalau hanya
mengandalkan pada sosok TFH dan Jaringan yang dimilikinya tanpa
ketersambungan dengan basis kekuatan politik kepartaiannya akan sulit
juga.
Kabupaten
dan Kota Tasikmalaya memang basis daerah Hijau, Bupati dan Walikota
nya berasal dari PPP yang dulu merupakan mantan anak buah dan
setingan pekerjaan politiknya TFH dan para elit PPP yang kini
memimpin Kota dan Kabupaten Tasikmalaya boleh jadi merasa berutang
jasa pada TFH. Tapi ketika sudah berada dan berkaitan dengan urusan
sistem partai, cengkraman Rahmat Yasin akan sangat ketat memagari
mereka.
Secara
hitung-hitungan ketokohan maupun jejaring birokrasi yang dulu pernah
dibesarkan oleh TFH tentu juga akan menghitung ulang dampak dan
resikonya. Apalagi secara kekhasan gaya kepemimpinan, TFH termasuk
dalam kategori pemimpin yang “keras”, baik dalam kapasitas
kepemimpinannya selama di PPP maupun selama menjadi Bupati. Tentu
akan ada banyak barisan sakit hati di kalangan politisi dan birokrasi
di daerah Tasikmalaya yang menjadi ganjalan pergerakan politik
kesuksesan pencalonannya di Pilgub Jabar ini. Belum lagi penilaian
para tokoh ulama, tokoh masyarakat yang akan mencapnya sebagai
politisi yang tidak istiqomah.
Namun
demikian, dalam politik semuanya serba mungkin. Bacaan rakyat
nantinya akan melihat secara jernih bagaimana rekam jejak calon
pemimpinnya, akan melihat bagaimana sisi karakter pribadinya, gaya
kepemimpinannya, dan kiprah-kiprah lainnya di ranah publik.
Pencalonan
TFH sebagai salah seorang Cawagub yang mendampingi Yance dari Partai
Golkar tentu merupakan realitas politik yang kini sudah terjadi.
Sebagai orang Tasik yang mengenal sosok TFH, saya dan mungkin
masyarakat lainnya hanya bisa mengapresiasi dan bangga beliau bisa
maju dalam perhelatan Pilgub ini, meskipun memang dirasakan berat
sekali pertarungannya untuk bisa menang.
Bintangnya
sedang redup, bisa terang kembali apabila mampu memenangkan Pilgub
Jabar ini. Jika tidak, kelihatannya memang tak selamanya seseorang
itu akan selalu bertemu dengan keberuntungan atau diuntungkan
keadaan. Selamat berjuang TFH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar